Cerita dari Nagari Atas Awan, Dieng Plateau.
Biar kamu gak salah langkah mblo...
Ini adalah sebuah cerita
perjalananku akhir November kemarin, ke salah satu desta impianku, Dieng
Plateau. Yihhaaa.
FYI
guys kenapa aku bisa sampe ke desta ini. Berawal dari postingan temen di sosmed
yg akan menuju ke Dieng kurang lebih H-4 sebelum keberangkatan, aku pun
langsung cek dan ricek akan kebenarannya. Ndelalah pas tinggal satu seat, hari
H nya akunya free, itung-itung refresh sebelum ujian, naik travel dengan harga
yang murmer, plus udah ngantongin restu dari ortu serta ada special saving for
trip.
Nikmat
mana yang kau dustakan untuk gak plesiran?
Dan
sabtu malam pun, akhir November jam sebelas kita pun berangkat (barengan
rombongan ipnu-ippnu saripan).
Sepanjang jalan
memandang, aku yang dapet seat di samping pintu, ketap-ketip tak bisa tidur.
“Because
you know why? Yes. Im curious, excited and wanna know ‘bout the way you passed”.
Sekitar
jam setengah lima kurang, sampailah di gerbang Dieng dan kalo gak salah cukup
bayar dua ribu perak. Dan yang aku kira, bakalan sampai ke destanya tinggal
bentar doang, etapi... masih nanjak dengan jalanan yang aduhai berkelak-kelok. Untunglah gak terlalu lama dan akhirnya kita menepi dulu di salah
satu masjid besar di sana sekalian sholat, dan ditemani hujan yang
rintik-rintik. Awalnya sempet mamang plesiran di musim hujan gini, tapi apalah
daya yang namanya kesempatan belum tentu datang dua kali kan? Untuk itu jangan
lupa persiapkan payung ataupun jas hujan.
Selesai
sholat dan berbenah diri dengan air yang dingiiiiiiin (yang nyebabin minta
pipis mulu) desta pertama yang kita datangi adalah Bukit Sikunir. Yeee....
meski disambut hujan deras plesiran tetap jalan. Sayangnya, kita semua yang
masih awam akan desta di sini kurang begitu tahu. Dan perjalanan pun dimulai.
Dari
gerbang desa Sembungan, desa yang tertinggi di pulau Jawa kita turun di sana,
padahal dan ternyata dalam derasnya hujan yang mengguyur, Sikunir masiiii jauh
tuk diraih seperti meraih cintamu cynt (alah alah). Dan itu kita lakukan dengan
jalan kaki dan bawa payung sekitar sekiloan. Nah untuk kalian yang igin ke
Sikunir daripada kek aku karena ndak tau info, langsung masuk saja sampai di
gerbangnya, karena di sana juga menyediakan area parkir yang luas, meski jalan
yang dilalui gak lebar-lebar amit.
Masi inget.. penuh perjuangan menuju ke Sikunir
Sikunir yang selalu rame guys.
Sesampainya di gate nya Sikunir, hujan pun belum berenti dan
apalah daya kita? Yang pengen liat bukit jadi batal gigit jari gitudeh. Belum lagi pada
bingung antara langsung mo balik ke area parkir utama apa ngejogrok di situ dulu.
Yaelah... kalau hemat aku, pilih ngopi dulu atau makan apa dulu gitu. Masalahnya
kita jalan, jalannya gak deket, ujan pula. Meski begitu, kita mengisi
kekosongan waktu dengan selca duluuuu. Nah, di sisi lain, pemandangan yang
menarik muncul di depanku. Gak sedikit yang pada ngecamp di Sikunir waktu itu
alias buanyak. Hal ini terbukti dari buanyaknya alat transport seperti mobil
dan motor yang parkir di sana. Belum lagi, gak hanya yang muda saja tetapi yang
sebaya dan tua pun pada semangat untuk liat Sikunir. Hal tersebut terliat dari
banyaknya pengunjung yang turun dari bukit. Keren dah.
Para wisatawan yang dari Bukit Sikunir
Apalah dayaku hon...
Dingin, seger, campur aduk... Tapi seneng :)
Danau Cebongan guys...
Dalam
perjalanan pulang dari Sikunir (masi dengan jalan dan diselingi selca sana
sini) mampirlah aku ke masjid di sana, sekedar untuk melepas hajat. Kemudian
mampirlah kita yang notebene pada ketemu di masjid, ke toko oleh-oleh khas
Dieng yang udah buka pagi itu. Apalagi kalo bukan carica. Yeeee.......
Taraaaaaa.....
Sepulang
dari Sikunir, desta selanjutnya adalah Telaga Warna.
Sayang
eh sayangnya, telaga yang kali ini kita kunjungi sedang surut pemirsa.
Yaps. Meskipun begitu kita tetap selca. Ada catatan tersendiri waktu dateng ke sini, yakni menyengatnya bau belerang yang aduhai, sehingga baiknya kalian gunain masker/penutup muka. Nah di telaga sendiri, ternyata areanya luas sekali. Dari telaga Pengilon, Batu Tulis dan Goa Semar. Nah yang terakhir ini biasanya digunain untuk bermeditasi gitu, dengan ijin dahulu sebelumnya. Waktu masuk ke sini, aku di sambut oleh banyak bunga cantik yang sedang bermekaran. Dari sumber acara wisata di televisi yang pernah menyambangi telaga warna, kita bisa liat telaga warna dari atas loh, tapi waktu kesini aku belum nyobain karena jalanan yang licin. Selain itu, fasilitas di sini cukup memadai. Terbukti adanya toilet umum dan musholla. Dan perlu diketahui, di sini aku kecelakaan loh. Iya kecelakaan kecil, yang membuat tawa bahagia temen-temen aku. Tepatnya jatoh kepleset. Dan mengakibatkan celana berubah warna, coklat. Kemudian... aku tetep pura-pura bahagia di tengah-tengah kamera jepret-jepret.
Yaps. Meskipun begitu kita tetap selca. Ada catatan tersendiri waktu dateng ke sini, yakni menyengatnya bau belerang yang aduhai, sehingga baiknya kalian gunain masker/penutup muka. Nah di telaga sendiri, ternyata areanya luas sekali. Dari telaga Pengilon, Batu Tulis dan Goa Semar. Nah yang terakhir ini biasanya digunain untuk bermeditasi gitu, dengan ijin dahulu sebelumnya. Waktu masuk ke sini, aku di sambut oleh banyak bunga cantik yang sedang bermekaran. Dari sumber acara wisata di televisi yang pernah menyambangi telaga warna, kita bisa liat telaga warna dari atas loh, tapi waktu kesini aku belum nyobain karena jalanan yang licin. Selain itu, fasilitas di sini cukup memadai. Terbukti adanya toilet umum dan musholla. Dan perlu diketahui, di sini aku kecelakaan loh. Iya kecelakaan kecil, yang membuat tawa bahagia temen-temen aku. Tepatnya jatoh kepleset. Dan mengakibatkan celana berubah warna, coklat. Kemudian... aku tetep pura-pura bahagia di tengah-tengah kamera jepret-jepret.
Telaga warna yg sedang surut-surutnya...
Bersama ippnu crews. :)
Fokus sama kotoran coklat di celanaku ! hihhi
Keluar
dari telaga warna, aku mendapati sebuah warung kecil yang menjual makanan khas
Dieng, mie ongklok. Tanpa berpikir lama, aku masuk dan langsung memesan mie
yang agak berbeda dengan mie kebanyakan. Mie yang satu ini rasanya enak dan
menurutku sangat khas sekali. Berdasarkan info dari ibu penjual yang membedakan
adalah kuah dari mie nya yang merupakan campuran dari tepung maizena dan kacang
sehingga membuat kental, belum lagi ada tambahan satenya, membuat mie ini makin
nikmat. Hanya dengan 15 rebu doang kalian bisa mencicipinya. So yummy... Sekedar informasi nih kenapa mie yang satu ini dinamain mie ongklok? Karena gunain ongklok untuk nyaring mie nya...
Mie Ongklok, done !
Desta
ketiga yang kita kunjungi adalah Kompleks Candi Arjuna.
Begitu
mendengar desta yang berikut ini hatiku bersorak gembira. Pasalnya ini adalah
tempat yang ngehits dan memang kece untuk penyelenggaraan acara tahunan Dieng
Culture Festival. Sesampainya di sana, kita gak langsung di sambut dengan
kompleks Arjuna, melainkan candi Gatotkaca.
Setelah
selca sana-sini, waktu dzuhur tiba, dan kita pun dzuhuran dulu. Namun, setelah
sholat usai, anak-anak yang lain ternyata gak ke kompleks candi, melainkan pada
selca di atas museum yang menawarkan spot-spot amazing dengan banyak bunga
cantik. Sehingga, aku yang memang penasaran misah ama temen-temen tuk menuju ke
kompleks candi. Dengan htm 5 rebu untuk kawasan kompleks candi, dan 10 rebu
dengan area kawah sikidang, aku memilih untuk area kompleks candi. Tahukah
kalian? Waktu masuk area kompleks candi, kalian akan di sambut oleh bunga-bunga
cantik serta pohon cemara di sebelah kanan kiri. Dalam hati, aku bersorak
(semoga gada yang denger) di mana kalian? Aku butuh fotografer di sini, fotoin
aku... aaaakkk. Dari area pintu masuk sampe ke kompleks candi, cukup jauh, ada
kali 500 meteran.
Sesampainya di candi.... wow! It was really amazing. Bagaimana gak? Kompleks Candi yang gagah berlatar belakang awan-awan berkabut serta dinginnya cuaca. Dan Subhanallah banget.... kondisi di sana pun ternyata rame akan pengunjung, dengan adanya musisi jalanan yang menghibur, sepasang kekasih yang sedang foto prewedd, para penari dan jasa fotografer pun tak luput ada di sana. Dan bisa di bilang, ini kompleks candi areanya luassss banget, pokoknya sampe ke belakang dan bisa menghubungkan ke kawah sikidang. Perlu di coba dah.
Candi Gatotkaca
Candi Arjuna
Escape to somewhere else, and feel happy. Cheers !
Sekitar
jam dua, kita capcus dari area kompleks candi dan melanjutkan ke desta
berikutnya. Nah ke desta berikutnya, agak jauhan dan sesampainya di sana,
ternyata kita dapet trouble. Pasalnya desta yang kita tuju, kalo gak salah
pemandian air panas dan kawah apalah namanya tempatnya sedang ada perbaikan dan
ada yang belum jadi, alhasil pemirsa kecewa dan pulanglah kita ke kota
tercinta. Dengan sebelumnya, selca dulu ke tagline Dieng Plateau. Yeeey...
Oiya, sebelumnya aku say thankiss dulu ama all of crews and also driver kita
Pak Joko (ex-driver PM) yaaa.
Foto sunrise sikunir nya mana mbak? :-D
BalasHapus