M.E.N.I.K.A.H, siapkah???

Pemandangan wajah yang bersinar dan berseri-seri datang, di kala menuju satu tahun naik ke pelaminan, alias menikah. Waktu yang sebenarnya di bilang cukup singkat mengingat perkenalan yang singkat. Tapi, apakah benar udah siap nih untuk melepas masa lajang? Padahal selama ini status berpacaran, tapi (diam-diam). Hmmmm...... here we go
Siapa yang gak nolak jikalau ada seorang pria matang yang (jantan lah) datang ke rumah dengan niat mulia ini. Niat untuk menunaikan Sunnah Rasulullah S.A.W, dengan niat ibadah dan memperoleh keturunan. Dengan perasaan super deg-degan, bersualah dia, kepada orang tua calonnya. Meminta ijin, hendak menikahi putrinya. Membahagiakan? Memang... ada perasaan haru campur bahagia pasti bagi kedua pria tersebut. Bahagia karena datang dan menerima untuk niat baik. dan hal yang membahagiakan itu di sambut oleh calon wanita, yang merupakan temen aku di kampus. Hal itupun juga disambut suka cita oleh keluarga besarnya serta temen2 besar kita.
Dan segalanya gak ada yang menyangka bukan? Lahir, jodoh dan mati. Mengingatnya, kadang aku merasa kasihan sama calon wanita. Menimbang, hampir dua tahun dia diam-diam menjalin hubungan dengan orang yang berbeda. Berbeda dalam segi aqidah, yang jikalau menikah di negri ini ngurusinnya lumayan susah, sehingga gak heran tuh banyak artis-artis ibukota yang “beda itu” untuk nikah di luar negeri. Belum lagi, hubungan beda gitu masi cukup tabu keberadaannya di negri, dan emang sejatinya dilarang dalam ajaran agamaku.
Rasa bahagia, seneng, haru bercampur sedikit iri menyelimutiku. Dan emang gak ada yang tau kan gimana alur hidupnya seseorang? Seorang, maaf.. pelacur pun juga bisa-berubah-jadi orang baik-dan mendapatkan-pria ganteng-yg baik dan bisa menerima masa lalunya. Meskipun itu sinetron banget sih, hahaha (ah sudahlah). Jadi menurutku Allah itu Maha Adil dan Maha Tahu apa yang terbaik untuk umatku, kali ini untuk temenku . Bahagia dan senang bercampur haru, kala temenku akan menikah satu tahun lagi. Waktu yang cukup singkat banget. Kalo dipikir-pikir. Dan berarti ini lebih baik untuknya yang notabene pernah menjalin ama yg beda itu tapi diam-diam. Kasihan jika dua orang insan yang udah jalan bareng, sharing bareng, tapi kenyataannya mereka beda sob. Dan mustahil juga untuk mereka bersatu di lembaga pernikahan. Sehingga, semoga ini jalan yang terbaik untuk temenku yang satu ini, amiiin.
Nah kemudian, ada rasa iri juga padaku, tapi ini iri yang ya gimana yah... tentunya ada perasaan ingin untuk menuju kesana, dan kenapa temen aku udah pada mo nikah ya? Terus aku kapaaan? Hahahaha. Seperti itulah, pertanyaan retoris yang menggandrungi para mahasiswi akhir dan usia yang bisa di bilang udah cukup matang untuk berumah tangga. Pertanyaan simpel yang dilontarkan para orang tua pada anaknya jikalau tanggungan kuliah kelar, dan datanglah tanggungan tugas untuk itu. Kasihan juga kalau ada orangtua yang seperti itu, selesai kuliah anak perempuan mereka harus menikah, karena alasan umur ortu yang udah sepuh dan pengen dapet cucu gitu.
Dan pertanyaan yang sama pernah diutarakan padaku. Dengan simpelnya, aku jawab kalo uda ketemu tak kenalin deh pak, mi. Begitulah, kedua ortuku yang (kerap) menanyakan keberadaan pacar aku. Dan bersyukurlah aku, karena ortuku tipe orang yang terbuka gitu, dan aku pun bukan tipe yang suka nutup-nutupi kalo emang gak penting banget, mending open minded dan backstreet lah. Jadi kalo ada apa-apa aku cerita sama mami sih tepatnya.
Lanjut, menikah..... hmmm, satu kata yang mengandung banyak arti di dalamnya. Terkandung sebuah misteri dan berbagai kejutan di dalamnya. Seperti mengikuti jalannya pilem-pilem kece gitu, dan bukan sinetron yang ada di negri ini. Menikah berarti menyatukan dua pihak keluarga (jadi gak dua insan aja ya) tentunya untuk mendapatkan sebuah keluarga baru. Lalu, apa sih yang harus dipersiapkan dalam pernikahan dan kehidupan setelahnya???
Well, adanya pasangan yang gak hanya saling mencintai dan menyayangi saja ni, tapi adanya pengertian, pemahaman, rasa saling menghargai, mengasihi dan sebagainya (eh pinter banget sih yan? Emang punya pacar gitu, sampe kayanknya udah pengalaman gitu? Hahahaha. Yah mas pacar belom sih, tapi ada tante pengalaman, om buku novel dan mas-mbak yang cerita gitu deeh). Terus nii dana yang cukup itu pasti, cukup membeli rumah, cukup sandang-pangan, cukup bayar sewaan gedung dan catering (yang ini ngaco mah, hahahaha). Sebenernya kalo diliat, dipikir dan di timbang, menyiapkan pernikahan itu gampang kok. Kan dananya gak murni dari pasangannya itukan? Malahan yang banyak iuran para ortu kan sob? Sebab emang kenyataan, yang banyak tamunya justru dateng dari relasi-relasi keluarga sob. Dari temen Babe-Enyak, terus tetangga, relasi keluarga besar, bahkan relasi-relasinya tetangga pun pada di undang. Padahal yang mo nikah aja belum tentu kenal. Mungkin murninya nih temen pasangannya itu hanya beberapa, gak sebanyak relasi ortu lah (bener gak? Udah ngaku aja kali, gak usah malu-malu. Hahahaha). Selain itu, justru setelah pernikahan itulah kita mulai memasuki fase kehidupan baru, sob. Gimana gak baru coba? Hidup dengan orang baru, tidur yang biasanya sendirian sekarang ditemani, nah bagi yang pria, sekarang punya tanggung jawab baru, untuk menghidupi dan menafkahi lahir-batin istrinya, belum lagi hidupnya lebih rapih dan tertata, sob. Untuk yang wanita, ada pekerjaan dan pengalaman baru juga, mereka harus melayani suami dan tanggung jawab sebagai pendamping dan pengiring suami dalam mengarungi rumah tangga (tukan, saddap banget gak sob, kata-kata aku, hahaha).
Hasilnya? Aku udah liat sendiri nih, berdasarkan survey and research orang-orang sekitarku. Dari mulai, ortuku, saudara, para sepupu-sepupu. Mungkin bener, menikah itu enak. Tapi, menjalaninya dan mengarunginya? Gak secepat jalannya resepsi pernikahan kita yang cuma 2-3 jam, sob. Tapi seumur hidup hlooh, kan ada janjinya gitu. Belum lagi, kalo kita tinggalnya di rumah mertua, sukur-sukur mertua cocok ya sama kita, nah kalo gak? Ya tinggal mencocokkan, hehehe . Nah, belum lagi kalo udah ada adek bayi, tentunya semakin pintar dalam mengatur dalam rumah kecil tersebut. Ya segala sesuatunya itu harus diomongin dulu, kan sekarang tinggalnya berdua gitu, cieeee
Kurang lebih seperti itulah, kehidupan setelah pernikahan. Nah sebelumnya, kita juga perlu yang namanya pengenalan ama kehidupan pernikahan, misal untuk yang calon istri yang belum bisa masak, bisa les privat dulu, latian juga untuk bebersih dan beberes rumah. Sukur-sukur kalo calonnya rejekinya lebih. Amiiin.... jadi pesan untukku buatmu temenku, semoga menjadi pasangan yang Samara, sakinah mawaddah warahmah. Dan buat kita yang masi sendiri, selalu tawakal dan ikhtiar untuk mendapatkan yang terbaik sesuai pilihan-Nya. Amiiin


Gimana, uda manteb yaaaa ama pasangannya yang ini? Jangan lupa undangannya hlo pokoknya, oke oke oke
Dan yang belum, ayooo jangan lama-lama nunggu, ditagih ortu nih, hihihi.


Komentar

Postingan Populer